Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Bio-Kristi
You are hereBio-Kristi No. 175 Agustus 2017 / Bio-Kristi No. 175 Agustus 2017
Bio-Kristi No. 175 Agustus 2017
Pengantar Bio 175 Agustus 2017
Salam damai dalam Kristus,
Cukup banyak sastrawan kristiani yang memberi warna dan pengaruh pada karya-karya sastra dunia. Karya-karya mereka tidak hanya memiliki isi dan gaya yang dipuji serta memberi pengaruh pada karya-karya lainnya, tetapi juga menampakkan iman dan pergumulan mereka kepada dunia. T.S. Eliot menjadi representasi yang nyata akan hal tersebut. Perpindahan imannya dari Unitarian kepada kekristenan ternyata cukup memengaruhi gaya dan isi dari puisi-puisinya. Namanya semakin besar sebagai salah satu penyair paling berpengaruh pada abad ke-20 setelah mendapat anugerah penghargaan Nobel di bidang sastra pada tahun 1948. Mungkin isi puisi-puisinya tak mudah dimengerti oleh kaum awam, tetapi itu tidak mengurangi kepopuleran namanya sebagai salah seorang penyair besar yang pernah hidup di dunia. Untuk mengetahui lebih banyak mengenai T.S. Eliot dan karya-karyanya, mari kita menyimak edisi Bio-Kristi pada bulan Agustus ini.
T.S. Eliot
Pria yang menulis puisi paling putus asa pada abad ke-20 ini pada masa kini lebih sering diingat sebagai penulis syair yang kurang baik yang dipopulerkan dalam komedi musikal yang sedang populer, Cats. Di samping puisi-puisinya (puisi Kristen yang serius, ringan, dan mendalam), dia menghasilkan kritik sastra dan drama dengan begitu baik sehingga dia diberi penghargaan Hadiah Nobel tahun 1948 untuk kategori Sastra dan British Order of Merit (penghargaan khusus dari kerajaan Inggris yang diberikan kepada pribadi-pribadi yang memiliki pencapaian besar di bidang seni, pendidikan, literatur, dan ilmu pengetahuan - Red.).
Puisi Berpengaruh T.S. Eliot
The Waste Land, puisi yang ditulis oleh Eliot sesudah pulih dari kelelahan mental itu merupakan salah satu puisi yang paling banyak dibicarakan dalam sejarah sastra. Puisi itu mengungkapkan kekecewaan dan kemuakan Eliot atas Perang Dunia I, yang menggambarkan dunia yang penuh ketakutan yang mengejar nafsu-nafsu yang kering, yang merindukan mati-matian akan tanda apa pun untuk penebusan. The Waste Land juga bergaung sebagai penggambaran reruntuhan peradaban Eropa pascaperang. Berhasil menciptakan sejenis pengultusan dari segala penjuru sastra, The Waste Land sering dianggap sebagai karya puitis yang paling berpengaruh pada abad ke-20. Puisinya yang lain, Ash Wednesday, yang diterjemahkan sebagai Rabu Abu, merupakan puisi panjang pertama yang ditulis oleh Eliot pada tahun 1927 setelah pertobatannya dalam kekristenan. Edwin Muir, seorang penyair dan novelis Skotlandia pernah menyatakan bahwa Ash Wednesday merupakan salah satu puisi paling hidup yang pernah ditulis oleh Eliot, dan mungkin yang paling sempurna.