Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Bio-Kristi
You are hereBio-Kristi No.50 Juni 2010 / Bio-Kristi No.50 Juni 2010
Bio-Kristi No.50 Juni 2010
Himne Martin Rinckart yang Mendunia
Martin Rinckart, hamba Tuhan yang sering melayani pelayanan upacara pemakaman itu, layak kita kagumi. Di tengah situasi yang sangat memprihatinkan selama terjadi wabah sampar dia sempat menulis puisi ucapan syukur. Puisi itu selanjutnya dijadikan syair lagu dan diberi judul "Nun danket alle Got". Beberapa waktu berikutnya Yayasan Musik Gereja pun menggunakannya dalam Kidung Jemaat [KJ 287]. Lirik lagu tersebut berbunyi:
Sekarang bersyukur, hai hati, mulut, tangan!
Sempurna dan besar segala karya Tuhan!
Dib'ri-Nya kita pun anug'rah dan berkat
Yang tak terbilang t'rus, semula dan tetap.
Syair itu mengajak kita semua untuk tetap bersyukur dengan segenap hati dan jiwa, baik dalam suka maupun duka.
Martin Rinckart
Martin Rinckart lahir tanggal 23 April 1586 dan meninggal tanggal 8 Desember 1649. Ia adalah seorang pendeta dan penulis himne dari Jerman. Ia dilahirkan di dalam keluarga pengrajin logam yang miskin. Meski begitu, ia mendapat pendidikan yang layak. Ia kuliah di Leipzig dan pernah menjadi diaken di Eisleben (1611) dan wakil uskup gereja Anglikan di Eilenburg (1617), tempat ia dilahirkan dan meninggal. Rinckart melayani di sana ketika berlangsung Perang 30 Tahun (1618 -- 1648) dan penyakit sampar mewabah pada awal tahun 1637. Tahun itu Eilenburg dipadati oleh para pengungsi yang menderita epidemi dan kelaparan. Saat itu ada empat hamba Tuhan di Eilenburg. Salah seorang di antaranya meninggalkan kota untuk menyelamatkan diri ke tempat yang lebih terlindung dan tidak dapat dibujuk untuk kembali. Pendeta Rinckart memimpin upacara penguburan kedua temannya yang lain. Sebagai satu-satunya pendeta yang masih hidup, dia sering diminta untuk melayani upacara penguburan 40 hingga 50 orang setiap hari -- total mencapai sekitar 4.480. Pada bulan Mei pada tahun yang sama, istrinya meninggal dunia. Menjelang akhir tahun itu, para pengungsi dikuburkan secara massal tanpa upacara pemakaman.
Johann Heinrich Bullinger
Johann Heinrich Bullinger adalah murid, sahabat, dan pengganti Zwingli dalam usaha pembaharuan gereja di Zurich, Swiss. Ia adalah seorang yang bijaksana, sabar, tabah, dan mengerti keadaan orang lain. Di bawah pimpinannya, pembaharuan gereja yang telah dimulai Zwingli di Zurich berlangsung sebagaimana yang diharapkan.
Johann adalah anak ke-5 dari Heinrich Bullinger, seorang pendeta yang menikah di Bremgarten. Ibunya bernama Anna Widerkehr. Ia dilahirkan 18 Juli 1504 di Bremgarten, dekat Zurich, Swiss.
Sir Thomas Browne -- Penulis Inggris, Dokter
Tak seorang pun bisa adil untuk menilai atau mengutuk orang lain, sebab tak seorang pun benar-benar tahu mengenai orang lain. Tak seorang pun mampu mengadili orang lain, sebab tak seorang pun tahu mengenai dirinya sendiri.
Publikasi e-Konsel
Keberadaan kita sebagai seorang pribadi jelas tidak akan lepas dari segala permasalahan hidup, baik dengan diri sendiri, keluarga, teman, dan relasi-relasi lain.
Pengantar Bio 50 Juni 2010
Salam sejahtera,
Pengampunan dosa diberikan Allah kepada manusia dengan cuma-cuma,hal ini tidak lain karena Dia begitu mengasihi kita yang berdosa.Sekaya apa pun manusia tidak akan sanggup mengupayakan pengampunan.Belajar dari kebenaran yang ditulis oleh para reformator sebelumnya,Bullinger bertekad untuk memperjuangkan gerakan reformasi dinegaranya. Demi menegakkan pembaruan gereja, dia mengerahkan segaladaya dan upaya hingga tutup usianya.