Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Bio-Kristi
You are herePenginjil / Johann G. Geissler
Johann G. Geissler
Johan Gottlob Geissler dilahirkan pada tanggal 18 Pebruari 1830 di Langen-Reichenbach (Jerman). Ayahnya seorang penjahit, anggota gereja Lutheri yang aktif, dan ia pun mengusahakan agar anak-anaknya mengenal sekolah. Pada waktu itu Johann baru berusia 14 tahun. Dalam buku hariannya dia mencatat: "Tetapi mengenai kehidupan rohani di dalam diri manusia dan mengenai kelahiran kembali, kita waktu itu belum mengerti".
Dalam tahun itu juga ayahnya membawanya ke Berlin. Ia belajar pada seorang tukang perabot rumah. Johann secara teratur pergi ke gereja dan mengunjungi semacam sekolah minggu untuk orang dewasa. Di atas pintu bangunan sekolah itu tertulis "Pergilah ke seluruh dunia dan beritakanlah Injil". Johann langsung terkesan oleh kata-kata ini. Lebih dari itu, di sini ia diterima dengan ramah oleh sekelompok besar anak-anak muda, para calon zendeling yang memimpin kumpulan-kumpulan doa yang diadakan di situ. Meskipun mereka aktif dalam bidang keagamaan, namun mereka juga bekerja. Ada kesempatan untuk menulis, berhitung, membaca, dan lain-lain. Di tempat itu, Johann banyak dibantu dalam banyak hal. Pada suatu malam, mereka mengadakan pertemuan, yang di dalamnya dibacakan surat-surat dari para zendeling. Surat-surat itu sangat menarik perhatian Johann muda.
Selain itu, Johann juga terkesan dengan acara doa bersama. Seusai berdoa bersama, ia kembali ke biliknya yang kecil, merenungkan pengalaman-pengalaman barunya itu, dan ia pun mulai berdoa menurut cara yang baru dikenalnya itu. Walaupun umur Johann waktu itu baru 14 tahun, pengalaman ini menandai berakhirnya periode mengikut, dan mulai tertarik terhadap perkara rohani secara batiniah. Lebih dulu dari Carl Ottow, Johann Geissler menyadari bahwa kepercayaan adalah akibat dari pilihan, bukan dari ikut-ikutan. Di lain pihak, dengan berada di tengah suatu kelompok pemuda, Johann tidak menjauhkan diri dari masyarakat, seperti yang dilakukan Ottow dan ibunya.
Pergolakan di bidang politik pada tahun 1848 merupakan kejadian yang sangat penting. Pada tanggal 18 Mei, Rapat Nasional Jerman yang pertama diadakan di Frankfurt, di tempat yang sama dengan penetapan UUD Jerman. Johann dan kawan-kawannya mengikuti peristiwa ini dengan saksama, tetapi mereka masih demikian terikat kepada gagasan kekuasaan yang tradisional, sehingga mereka tidak dapat atau mungkin tidak berani menghargai langkah penting ke arah demokratisasi itu. Karena itu, tanggapan mereka pun sangat negatif.
Perhatian akan politik rupa-rupanya dianggap sebagai tanda bahwa seseorang tidak memunyai kepercayaan. Gereja memihak pada kekuasaan yang ada, dan agaknya tidak menaruh perhatian kepada kedewasaan manusia. Ini terlihat lebih jelas dalam penuturan redaksi majalah UZV pada tahun 1870. Di dalam majalah itu, redaksi menggambarkan suatu periode hidup Johann. Mereka merumuskan pendapat itu secara lebih tajam, tetapi juga lebih "saleh". Bagian ini berbunyi: "Kericuhan dan goncangan dalam kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan yang terjadi pada tahun 1848, yang bagaikan asap yang timbul dari dalam tanah dan memabukkan para pemuda itu, bagi Johann pun merupakan cobaan yang berbahaya. Namun, hatinya yang sudah terbuka untuk kegembiraan di dalam Kristus tidak bisa lagi menghargai keduniawian. Bahkan, dia pun menjauhi kenikmatan-kenikmatan yang sebetulnya boleh dilakukan, untuk dapat menyisakan sesuatu bagi Tuhan". Pengaruh-pengaruh yang dialami Johann dari sikap orang-orang Kristen waktu itu, dibawanya ke lapangan pekabaran Injil. Pada hakikatnya, hasil pengaruh tersebut adalah sikap sebagai berikut: Apa yang menyangkut masyarakat secara keseluruhan tidaklah penting jika dibandingkan dengan "keselamatan jiwa" orang-orang tertentu. Dia juga menekankan pendiriannya ini di dalam kehidupan pribadinya.
Malam Tahun Baru 1849-1850 disebut oleh Johann, yang masih berumur 19 tahun, sebagai malam yang sangat penting. "Mataku mulai terbuka waktu itu dan Roh Kudus bekerja dalam hatiku." Ia mohon dalam doanya untuk menjadi seorang Kristen yang benar dan Sang Gembala menerimanya di dalam kasihNya. Pada waktu ia sedang memikirkan hal ini, dengan cara bagaimana ia bisa menjadi milik Kristus dengan cara penuh, muncullah zending di depan matanya. Mengenai ini ia mengatakan: "Dan Tuhan pun memberikan anugerah-Nya kepadaku untuk berdoa bagi orang-orang kafir yang malang itu". Ia berpikir untuk mencalonkan diri pada zending, tetapi ia merasa dirinya tidak sesuai untuk itu.
Dengan caranya sendiri, ia pun berusaha menabung agar dapat memberi sumbangan kepada pekerjaan ini. Setelah ia diterima sebagai pembantu tukang dan menerima gaji, dia memutuskan untuk memberikan sepertiga dari gajinya untuk zending, sepertiga lagi untuk orang miskin, dan orang yang berkekurangan, lalu sisanya untuk dirinya sendiri.
Pada tanggal 14 Agustus 1851, saat Johann berumur 21 tahun, dalam suatu pesta zending ia mendengarkan khotbah mengenai nats "Pergilah ke seluruh dunia". Setelah itu, ia pun tidak ragu-ragu lagi bahwa pesan ini ditujukan kepadanya. Keraguannya mengenai pengetahuan, pengertian, dan kepercayaannya terhapus oleh kata-kata di dalam nats itu: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi." (Matius 28:18)
Anehnya, ia tidak mendaftarkan diri untuk pekerjaan zending. Mengenai ini ia menulis: "Saya tidak mau mendaftarkan diri, karena saya mencari apa yang menjadi kehendak Tuhan, dan saya berpikir bila Tuhan menghendaki saya, maka Ia bisa memimpin dan membawa saya, tanpa saya harus melakukan sesuatu atau pun berusaha, dan jika dikehendaki-Nya, saya akan diberi-Nya kebijaksanaan dan akal".
Dan memang itulah yang terjadi. Johann berjumpa dengan Gossner pada suatu "perkumpulan pembinaan", yang diadakan oleh Gossner untuk para calon zendelingnya. Agaknya pada kesempatan itu, Geissler mengenakan baju berwarna biru (suatu jenis biru yang cukup menyolok); baju ini memainkan peranan yang menonjol. Setelah selesai, perhatian Gossner tertarik oleh pakaian yang biru itu, lalu ia bertanya: "Dan bagaimana dengan Anda yang berbaju biru itu? Apakah Anda tak tertarik juga untuk melakukan pekerjaan zending?" Atas pertanyaan tersebut, Johann menjawab "ya" dengan lantang, tetapi langsung ditambahkannya, bahwa ia tidak memenuhi persyaratan untuk menjadi zendeling. Gossner menjawab bahwa ia hanya harus tekun berdoa, karena Tuhan pasti menemukan jalan keluarnya. Setelah beberapa kali berkomunikasi, Gossner menetapkan untuk tidak melepaskan Johann yang masih muda itu. Ia mengundang Johann untuk datang menemuinya seminggu kemudian dengan membawa riwayat hidup singkat. Tentang ini Gossner menunjukkan rasa puasnya, dan selanjutnya ia memerintahkan agar Geissler mempelajari bahasa Inggris. Ternyata ini tidak menimbulkan kesulitan. Geissler mengerti, bahwa tanpa bakat dalam mempelajari bahasa, orang tidak bisa menjadi zendeling.
Mengetahui keputusan Johann, banyak orang di sekitarnya justru memperolok-oloknya, namun Johann tidak memedulikannya. Yang terpenting dalam hidupnya adalah mendapat izin dari orang tuanya. Setelah orang tuanya mengizinkannya, Johann merasa lega.
Tanggal 27 Oktober 1851, Johann Geissler diterima di rumah Gossner. Di sana, dengan terus berdoa, ia membaktikan diri untuk mendalami Sabda Tuhan dan pelajaran-pelajaran selanjutnya. Sebagai calon zendeling, pada siang hari mereka melakukan pekerjaan tukang atau kegiatan-kegiatan yang lain, dan malam hari mereka mendapat pelajaran. Namun demikian, Johann memilih untuk meninggalkan pekerjaannya sebagai tukang pembuat mebel dan fokus untuk belajar selama 3 bulan. Lalu, pada akhir bulan Februari 1852, ia ditahbiskan untuk melakukan pekerjaan zending. Segera sesudah itu, ia menuju ke Indonesia.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama situs | : | Mansinam.Com |
Alamat URL | : | http://tokoh.mansinam.com/tokoh_detil.php?idtokoh=3 |
Judul artikel | : | Johann G. Geissler |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Tanggal akses | : | 16 Agustus 2011 |
- Login to post comments
- 9687 reads