Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Bio-Kristi
You are hereBio-Kristi No. 190 Oktober 2018 / Louis Pasteur
Louis Pasteur
Ringkasan
Setiap kali membuka lemari es dan mengeluarkan botol atau dos susu, kita seharusnya mengingat ilmuwan Perancis terkemuka, Louis Pasteur. Pasteur menemukan bahwa susu terasa asam karena kemasukan organisme hidup yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata. Untuk mematikan organisme ini tanpa mengubah rasa atau nilai gizi makanan, dia menemukan satu cara, yakni memanaskan makanan itu secara perlahan-lahan. Proses ini, dinamai "pasteurisasi" sebagai penghargaan bagi penemunya, hanyalah salah satu dari sekian banyak sumbangan besar Pasteur bagi umat manusia.
Masa Muda
Louis Pasteur lahir pada 27 Desember 1822, di Dole, Perancis timur, sekitar 400 kilometer Tenggara Paris. Beberapa tahun kemudian, keluarga Pasteur pindah ke Arbois. Louis masuk sekolah di Arbois, tetapi rapornya jelek, kecuali untuk mata pelajaran seni. Guru-gurunya mengira dia akan berhenti bersekolah dan akan bekerja di penyamakan kulit milik ayahnya. Namun, Louis sangat berhasrat menambah pengetahuannya. Seorang gurunya melihat potensi ketekunan dan ketelitiannya bekerja.
Pada usia 15 tahun, Louis pergi ke Paris untuk menyelesaikan sekolah menengah. Namun, karena dia selalu merindukan rumah, akhirnya dia pulang ke Arbois. Dia mencoba sekolah lagi, kali ini di Besancon, hanya 40 kilometer dari rumah. Di sinilah, dia berhasil dan melanjutkan pendidikannya hingga memperoleh gelar BSc. dari Royal College, Besancon, pada 1842.
Louis memutuskan untuk masuk ke École Normale di Paris, sekolah pendidikan guru untuk sekolah tinggi dan universitas Perancis. Dia lulus ujian masuk pada 1842, tetapi dia tahu bahwa sebenarnya dia bisa mencapai nilai yang lebih tinggi. Karena itu, dia belajar satu tahun lagi untuk meningkatkan pengetahuannya sebelum memasuki École Normale (tekad untuk selalu mencapai yang terbaik merupakan sifat yang utama). Louis belajar ilmu kimia di École Normale, dan meraih gelar MSc pada 1845.
Penelitian dengan Menggunakan Mikroskop
Pasteur melanjutkan pendidikannya ke tingkat doktoral di lembaga yang sama. Dia sengaja memilih masalah yang sukar sebagai bahan penelitiannya. Dia ingin menyelidiki kerumitan struktur kristal tartrat dan paratartrat serta menjelaskan perbedaan keduanya. Masalah ini membingungkan para ilmuwan besar masa itu.
Pasteur terpukau oleh kerumitan struktur kristal-kristal kecil dan "menganggap keduanya sebagai bukti langsung ungkapan artistik dari Allah Sang Pencipta".[1] Dengan cermat, dia mengamati kristal-kristal itu melalui mikroskop. Keseriusan dan kecermatannya mengamati hingga sedetail mungkin, membantunya menemukan apa yang terlewatkan oleh orang lain -- sebenarnya ada dua jenis kristal paratartrat yang berbeda, yang satu merupakan bayangan cermin dari yang lain. Pembawaannya yang lambat dan hati-hati, yang pada masa kanak-kanaknya dianggap sebagai pertanda ketidakmampuannya, ternyata merupakan salah satu asetnya yang paling besar. Dia tidak hanya mencapai gelar tinggi, tetapi juga menjadi terkenal di antara para pakar peneliti.
Pasteur menjadi profesor ilmu kimia di Universitas Strasbourg, dan mengajar dan meneliti di sana selama lima tahun. Dia menikah dan hidup bahagia dengan keluarganya.
Cabang Ilmu Pengetahuan Baru: Mikrobiologi
Pada usia 32 tahun, Pasteur menerima tantangan yang mengubah arah penelitian dan kariernya sebagai guru. Dia diminta pergi ke Lille untuk mendirikan fakultas ilmu terapan yang akan melatih para ilmuwan menerapkan pengetahuan teori mereka dalam memecahkan masalah-masalah praktis di bidang industri dan perdagangan. Sementara kaum ilmuwan sebagian besar berorientasi ke penelitian teoretis, Pasteur mendambakan ilmu yang dicintainya untuk dapat diterapkan agar bisa bermanfaat bagi orang banyak. Dengan sangat gembira, dia menyambut kesempatan ini.
Selama dua tahun, Pasteur memantapkan fakultas ilmu terapan yang baru itu. Dia memusatkan penelitiannya pada fermentasi -- proses untuk menghasilkan alkohol dari gula, yang juga menyebabkan susu menjadi asam. Pada waktu itu, kebanyakan ahli kimia menduga bahwa pengasaman itu terjadi karena reaksi bahan-bahan kimia yang terkandung di dalamnya, tetapi mereka tidak dapat menjelaskan mengapa proses itu kadang memberikan hasil yang tidak diharapkan. Pasteur membuktikan bahwa fermentasi terjadi bila hanya ada makhluk hidup kecil yang disebut mikroba. Bila ada mikroba yang cocok, akan diperoleh hasil yang diharapkan. Namun, mikroba yang tidak cocok akan membuat susu menjadi asam atau anggur menjadi pahit. Temuan Pasteur ini membantu terbentuknya cabang ilmu baru "mikrobiologi".
Pada 1857, Pasteur kembali ke École Normale. Kali ini, dia bukan mahasiswa, melainkan Direktur Kajian Ilmiah. Di sini, dia melanjutkan penelitiannya mengenai mikroba.
Orang Yunani kuno percaya bahwa makhluk-makhluk hidup kecil seperti tikus, cacing, dan belatung berasal dari benda mati (seperti tepung yang membusuk, baju yang terkena keringat, atau daging yang membusuk). Keyakinan ini, bahwa benda hidup timbul dari benda yang tidak hidup, disebut "pemunculan spontan". Gagasan bahwa belatung muncul sebagai makhluk hidup secara spontan dari daging yang membusuk, disanggah oleh ahli biologi berkebangsaan Italia, Francesco Redi, pada 1668. Daging yang ditutupi dengan kain kasa untuk mencegah lalat bertelur di atasnya, ternyata tidak memunculkan belatung (belatung adalah larva yang menetas dari telur lalat, - Red.).
Sekalipun gagasan tentang kemunculan belatung, tikus, dan cacing secara spontan telah lama tidak diakui, tetapi para ilmuwan tetap berpegang pada pemunculan spontan untuk hewan-hewan mikroskopis. Untuk menolak gagasan ini, Pasteur mendidihkan kaldu sampai semua mikrobanya mati. Dengan alat khusus, dia membiarkan udara bersirkulasi di atas kaldu, tetapi mencegah mikroba di udara masuk ke dalamnya. Sebagaimana diharapkan oleh Pasteur, mikroba tidak terdapat di dalam kaldu. Temuan Pasteur menunjukkan bahwa mikroba tidak muncul secara spontan dari kaldu. Mikroba ditemukan dalam kaldu karena masuk bersama udara. Pasteur menunjukkan dengan jelas bahwa, bahkan bagi mikroba pun, kehidupan berasal dari kehidupan -- "makhluk mikroskopis mesti berasal dari induk yang sama".[2]
Karya Pasteur seharusnya merupakan pukulan maut bagi gagasan pemunculan spontan. Namun, pemunculan spontan adalah bagian penting dari teori evolusi. Meskipun para ilmuwan evolusionis berusaha keras meyakinkan orang lain, tidak pernah ada orang yang melihat kasus pemunculan spontan. Temuan Pasteur bertentangan dengan gagasan pemunculan spontan (demikian pula hasil-hasil penelitian ilmiah dalam mikrobiologi selanjutnva). Sebagai konsekuensi temuannya, Pasteur menjadi penentang kuat teori Darwin.
Selengkapnya »
Diambil dari: | ||
Nama situs | : | Bio-Kristi |
URL | : | http://biokristi.sabda.org/louis_pasteur_1822_1895_ilmuwan_terkemuka_dan_penentang_teori_evolusi |
Judul asli artikel | : | Louis Pasteur |
Penulis artikel | : | Ann Lamont |
Tanggal akses | : | 20 April 2018 |
- Login to post comments
- 5323 reads