Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Bio-Kristi
You are herePenyair / Yohanes Salib
Yohanes Salib
Diringkas oleh: Riwon Alfrey
Yohanes Salib hidup pada abad ke-16, yaitu pada masa pergolakan, penemuan, dan perubahan. Yohanes Salib adalah penyair besar sekaligus guru terkemuka bagi umat Kristen yang tengah mencari Tuhan.
Artikel Terkait
AWAL MULA KEHIDUPAN YOHANES SALIB
Menurut penelitian terakhir, Yohanes lahir pada tahun 1540 di Fontiveros, Castile, Spanyol. Masa kecil Yohanes akrab dengan kemiskinan dan suasana lingkungan yang tidak aman. Keluarganya disebut sebagai "conversos" atau orang Yahudi yang menjadi Kristen. Keluarga orang tua Yohanes telah menganut agama Katolik selama beberapa generasi. Ayahnya, Gonzalo de Yepes, berasal dari sebuah keluarga pedagang kaya di Toledo, dan ibunya, Catalina Alvarez, adalah seorang penenun.
Yohanes berhasil menyelesaikan pendidikan dasar di sekolah bagi kaum miskin, Colegio de La Doctrine. Saat berumur dua belas tahun, Yohanes bekerja di sebuah rumah sakit setempat, Las Bubas. Yohanes muda mencurahkan tenaganya untuk merawat mereka yang tersingkir dari masyarakat.
Oleh Don Alonso, Yohanes dibiayai untuk belajar di Kolese Yesuit yang belum lama didirikan di Medina. Selama tiga tahun berikutnya, Yohanes belajar sastra klasik dan filsafat, dan menikmati tantangan dalam belajar, khususnya kesempatan untuk menulis. Dari sinilah ia memeroleh dasar pengetahuan sastra. Sang calon penyair tengah mempelajari keahliannya.
HIDUP DI BIARA KARMEL
Dengan tetap membantu di rumah sakit, akhirnya dia ditahbiskan menjadi imam di rumah sakit tersebut. Yohanes menyerahkan hidupnya pada Tuhan dan ia ingin menjadi seorang imam. Tahun 1563, ia memutuskan untuk bergabung dengan komunitas biarawan Karmelit di Biara Santa Ana, Medina. Karmelit adalah bagian dari sebuah gerakan dalam perkembangan ajaran kristiani yang terjadi pada awal abad ke-13. Pada waktu itu, banyak kelompok Kristen yang mencari bentuk hidup sederhana berdasarkan Kitab Suci. Selain kelompok Karmelit, muncul pula ordo Fransiscan yang dibentuk oleh St. Fransiskus dari Asisi.
Seperti kaum Fransiscan, Karmelit hidup sebagai kelompok Bruder yang tidak hanya berdoa, namun juga siap pergi dan berkhotbah bagi kelompok-kelompok Kristen. Yohanes dan rekan-rekannya menjalani masa inisiasi atau novisiat dengan mempelajari tradisi-tradisi ordo dan dibantu untuk mengembangkan hubungan mereka dengan Tuhan. Mereka memeroleh pelajaran sastra dan filsafat, belajar cara merumuskan dan mengekspresikan berbagai gagasan, serta diberi dasar budaya yang kuat.
Setelah melewati masa inisiasi, Yohanes pergi ke Salamanca untuk belajar teologi dengan mengambil bidang studi Kitab Suci. Banyak figur pemikir Kristen ditemui oleh Yohanes, seperti Santo Agustinus dan Santo Thomas Aquinas. Metode pengajaran paham skolastik yang berdasar pada pandangan filsafat Yunani, menantang Yohanes untuk mengekspresikan pandangan-pandangannya. Banyak buku yang dia baca, seperti "The Fiery Narrow" (1270) dan "The Institutions of the First Monks" (ditulis oleh Philip Ribot), memberikan masukan untuk Yohanes melakukan perjalanan guna lebih dekat dengan Tuhan.
PENGARUH TERESA DARI AVILA
Pada tahun 1567, Yohanes ditahbiskan menjadi Imam Ordo Karmelit. Pada periode ini, ia bertemu dengan seorang wanita baik hati yang selanjutnya berpengaruh dalam hidupnya. Ia adalah Teresa de Alumanda Y Cepeda atau lebih dikenal dengan Teresa dari Avila. Teresa adalah seorang biarawati Karmelit.
Setelah menyelesaikan studinya pada tahun 1568, Teresa meminta Yohanes bergabung dalam misinya. Teresa ingin mengadakan pembaharuan pada kaum biarawan dan biarawati dalam hal pelaksanaan hidup, kontemplasi, kedisiplinan, serta penyangkalan diri dalam kegiatan sehari-hari. Teresa menginginkan cara hidup yang seimbang sehingga cinta kasih, keteguhan, dan kerendahan hati lebih bermakna daripada menjalankan pengakuan dosa yang berlebihan.
REFORMASI
Yohanes memulai cara hidup baru bersama dengan Antonio dan Joseph, yaitu dengan menjalani kehidupan yang dijiwai oleh visi kehidupan Karmelit pada masa awal ordo ini di Gunung Karmel. Mereka memerketat semua kelonggaran yang tidak sesuai dengan peraturan ordo yang asli.
Memperingati peristiwa tersebut, Yohanes melakukan "Discalced Reform". Istilah "Discalced" berarti telanjang kaki. Bertelanjang kaki adalah tanda reformasi dalam komunitas-komunitas religius pada abad ke-16. Yohanes juga menggunakan nama baru dengan dikenal sebagai Yohanes dari Salib. Reformasi ini terus berkembang. Yohanes sangat gembira, keinginan untuk hidup sederhana dan penuh doa telah terpenuhi.
Tetapi tidak setiap orang dalam gerakan reformasi para Karmelit ini memiliki keseimbangan pandangan hidup yang sama. Yohanes mengetahui bahwa diperlukan pertobatan batin dan percaya bahwa Tuhan menginginkan pribadi manusia yang penuh kasih dan baik hati.
Pada tahun 1577, reformasi atau pembaharuan ordo yang diprakarsainya menjadi sasaran kontroversi dan kecurigaan. Semula, pimpinan ordo mendukung usaha tersebut, tetapi kemudian menerapkan larangan-larangan tertentu. Salah satunya adalah membatasi jumlah biara yang menjalankan hidup baru dan melarang pembentukan komunitas reformasi di Andalusia.
Dalam konteks inilah Yohanes dilihat sebagai pemimpin kelompok yang tidak patuh. Yohanes menjadi fokus kritikan karena ia salah satu di antara orang-orang yang memunyai komitmen untuk gerakan yang disebut reformasi tersebut. Pada bulan Desember 1577, Yohanes diculik oleh sekelompok biarawan dari Avila dan dibawa ke biara Karmelit di Toledo.
Pengalaman-pengalaman religius di balik penderitaan itu terungkap dalam puisi-puisi yang indah. Masa penahanan yang panjang membuat Yohanes merasa dekat dengan Tuhan dan sekaligus menemukan bakatnya yang besar dalam bidang seni. Yohanes berhasil melarikan diri dari penjara pada musim panas tahun 1578. Selanjutnya, Yohanes menghabiskan sepuluh tahun masa hidupnya di daerah Spanyol Selatan. Dari tahun 1582 -- 1588, Yohanes menjadi Kepala Biara Karmelit yang baru saja didirikan di Granada.
Pada tahun-tahun ini, Yohanes menggunakan waktunya untuk membimbing para biarawan dan biarawati dalam pencarian mereka akan Tuhan. Ia juga membuktikan diri sebagai sahabat karib bagi semua orang. Pada tahun-tahun terakhir di Granada ini, Yohanes berada pada puncak kekuatannya dan tumbuh sebagai orang yang mengasihi dan dikasihi.
PEMBERONTAKKAN
Pada tahun-tahun terakhir hidup Yohanes (1588 -- 1591), usaha-usaha menentang Yohanes banyak dilakukan. Di antaranya adalah Diego Evangelista yang menentang ajaran Yohanes tentang doa yang tidak sejalan dengan ajaran ortodoks. Diego menuduh Yohanes mengajar orang-orang agar melepaskan diri dari gereja dalam kehidupan doa mereka. Reformasi dipandang sebagai usaha memecah belah ajaran kristiani dan gereja perlu dilindungi. Kejadian ini menyebabkan kesehatan Yohanes memburuk.
AKHIR KEHIDUPAN YOHANES SALIB
Hingga meninggalnya Yohanes, berbagai tuduhan tentang ajaran yang dia lakukan hilang dengan sendirinya. Yohanes meninggal pada tanggal 14 Desember 1591. Menjelang kematiannya, ia meminta komunitas untuk membacakan Kidung Agung, bagian Kitab Suci yang sangat disukainya dengan kata-kata terakhirnya adalah kata-kata kepercayaan: "Ke dalam tangan-Mu, Tuhan, kuserahkan jiwaku."
Dia adalah seorang penyair besar, guru yang hehat namun tetap sederhana. Saat masih muda, kesadarannya akan kemiskinan memberinya sikap realisme dan membantunya bertahan dalam masa penderitaan dan kesulitan. Yohanes tidak merasa terasing atau terkekang, tapi berbakat, penuh kasih, dan memiliki tekad yang keras dalam cintanya pada Tuhan.
Secara bertahap, karya-karya Yohanes diterbitkan dan ajarannya diakui karena keindahan dan keagungannya. Pengakuan resmi muncul ketika gereja menyatakannya sebagai Santo pada tahun 1726 dan karya sastranya mendapat penghormatan khusus saat ia ditetapkan sebagai pelindung para penyair Spanyol pada tahun 1952.
Diringkas dari:
Judul artikel | : | Latar Belakang dan Hidup Yohanes |
Judul buku | : | Yohanes Salib |
Penulis | : | Wilfrid McGreal |
Penerbit | : | Penerbit Kanisius, Yogyakarta 2001 |
Halaman | : | 13 -- 29 |
Sumber: Bio-Kristi 25
- Login to post comments
- 11289 reads